Langsung ke konten utama

Makalah Anggaran Operasional

ANGGARAN PERUSAHAAN


Makalah Anggaran Operasional


DISUSUN OLEH : 
KELOMPOK 2 :

ALIANSYAH                (14 401 083)
M.TOHIR                      (14 401 080)
ANITA MULTI.S          (14 401 077)
VANESSSA D K           (14 401 079)


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI 
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG (STIE-YPUP)
2016



Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
                                                                                                                                 

                                                                                               Makassar, 03 Oktober 2016
                                                                                        
          
                                                                                                               Penulis





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang:

Pada hampir setiap organisasi bisnis, terdapat sejumlah aktivitas berbeda yang berjalan serentak, seperti penjualan, produksi, pembelian, distribusi, dan pendanaan. Semua aktivitas itu saling berkaitan dengan cara sedemikian rupa sehingga aktivitas tersebut mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Dengan demikian, perencanaan bagi seluruh organisasi berarti perencanaan bagi setiap aktivitas didalamnya. Anggaran operasional merupakan kuantifikasi rencana-rencana pemasaran, produksi dan keuangan yang dipakai untuk membuat tujuan bagi pendapatan, biaya, aktiva, kewajiban, dan kegiatan usaha lainnya.

B. Rumusan masalah:

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan pada makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan anggaran opersional ?
2. Apa yang dimaksud dengan anggaran operasional bulanan ?
3. Bagaimana sistematika penyusunan anggaran operasional ?


C. Tujuan :

1. Mengetahui pengertian anggaran operasional
2. Mengetahui pengertian anggaran operasional bulanan
3. Mengetahi sistematika penyusunan anggaran operasional


D. Manfaat:

Manfaaat yang diharapkan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Menambah wawasan dan pengertahuan mengenai masalah yang dibahas.
2. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekan teori yang diterima dibangku kuliah.



BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ANGGARAN OPERASIONAL

Anggaran parsial adalah anggaran yang terdiri dari satu jenis atau kelompok kegiatan tertentu saja, misalnya anggara penjualan saja, anggaran biaya pemasaran saja, anggaran biaya administrasi saja, dan sebagainya. Sedangkan anggaran komprehensif adalah keseluruhan anggaran yang terdiri dari gabungan anggaran-anggaran parsial didalam suatu periode waktu tertentu. Pada dasarnya anggaran komprehensif merupakan gabungan dari anggaran pendapatan, anggaran biaya dan anggaran laba serta anggaran keuangan. Anggaran komprehensif menggambarkan keseluruhan rencana yang ingin dicapai perusahaan didalam kurun waktu tertentu.

Salah satu bagian yang penting dan berpengaruh terhadap anggaran komprehensif yang akan disusun perusahaan adalah anggaran operasional. Karena anggaran operasional merupakan fase awal dari keseluruhan anggaran yang akan disusun suatu perusahaan.
Anggaran operasional mencakup semua aktivitas utama perusahaan didalam proses menghasilkan produk dan penjualan produk yang menjadi sumber utama pendapatan perusahaan.

Anggaran operasional mencakup :

1. Anggaran penjualan

2. Anggaran produksi

3. Anggaran pembelian bahan

4. Anggaran biaya tenaga kerja

5. Anggaran biaya overhad

6. Anggaran biaya pemasan

7. Anggaran biaya admistrasi dan umum

8. Anggaran laba

Anggaran operasional merupakan bentuk sederhana dari anggaran komprehensif. Anggaran operasional merupakan miniatur dari anggaran komprehensif. Karena anggaran operasional mencakup seluruh aktivitas utama perusahaan didalam suatu periode tertentu. Dan diantara satu anggaran parsial dengan anggaran parsial lainnya memiliki keterkaitan.

Karena anggaran harus disusun secara sistematis, agar pihak pembaca anggaran lebih mudah mengerti dan agar terlihat hubungan antara satu bagian anggaran dengan bagian anggaran yang lain, maka di dalam menyusun anggaran harus mengikuti serangkaian langkah yang harus dilewati secara bertahap agar lebih mudah dan jelas.

Fase-fase yang harus dilewati di dalam menyusun anggaran suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

Berdasarkan data penjualan tahun-tahun sebelumnya dan mempertimbangkan berbagai factor eksternal yang relevan, seperti tingkat inflasi, daya beli masyarakat, perubahan selera konsumen dan sebagainya, perusahaan membuat ramalan penjualan. Ramalan penjualan tersebut berupa serangkaian prediksi penjualan di masa mendatang dan pangsa pasar yang dapat diambil oleh perusahaan dengan mempertimbangkan factor-faktor internal dan eksternal. Berdasarkan ramalan penjualan tersebut, peruhaan menyusun anggaran berupa volume penjualan yang ingin dicapai perusahaan di dalam suatu kurun waktu tertentu untuk setiap jenis produk yang dihasilkan, untuk setiap wilayah pemasaran, untuk setiap kelompok konsumen dan untuk setiap wiraniaga yang dimiliki perusahaan.

Berdasarkan anggaran penjualan tersebut, perusahaan dapat menyusun anggaran produksi di dalam suatu periode tertentu. Anggaran produksi tersebut berupa volume barang yang harus dihasilkan perusahaan di dalam suatu periode tertentu. Untuk menentukan jumlah barang yang akan dihasilkan di dalam suatu periode tertentu, di samping mengacu pada volume penjualan, perusahaan harus memperhatikan jumlah persediaan barang pada awal dan akhir periode tersebut.

Dari anggaran produksi, perusahaan dapat menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan untuk periode tersebut. Jika jumlah bahan baku yang dibutuhkan di dalam suatu periode tersebut dikaitkan dengan jumlah persediaan bahan baku pada awal dan akhir periode akuntansi, maka dapat disusun anggaran pembelian bahan baku. Berdasarkan anggaran produksi tersebut, dapat disusun anggaran biaya tenaga kerja dan anggaran biaya overhead pabrik.

Walaupun tidak terlalu terkait secara langsung, anggaran biaya operasi/komersial biasanya disusun setelah anggaran penjualan dan produksi disusun. Anggaran biaya pemasaran biasanya disusun berdasarkan volume produk yang akan dijual. Karena untuk menentukan besarnya biaya promosi, biaya angkut penjualan dan sebagainya, sangat dipengaruhi oleh besarnya volume penjualan yang dicapai. Sedangkan biaya admistrasi dan umum, tidak terkait secara langsung dengan besarnya volume penjualan atau produksi. Hanya biasanya, semakin besar volume produksi dan volume penjualan akan cenderung mengakibatkan semakin besar pula volume pekerjaan dan biaya admistratif dan umum.

Berdasarkan gabungan dari kesuluruhan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya bahan baku, anggaran biaya tenaga kerja, anggaran biaya overhead dan anggaran biaya komersial tersebut dapat dihasilkan anggaran laba. Penyusunan dan pencapaian laba ini merupakan tujuan utama dari didirikannya suatu perusahaan.

Tahap akhir dari penyusunan anggaran adalah dengan disusunya anggaran keuangan, yaitu target pencapaian kekayaan perusahaan beserta sumber-sumbernya pada suatu periode tertentu. Anggaran investasi disusun perusahaan berdasarkan rencana perusahaan dalam jangka panjang. Anggaran investasi disusun mencakup rencana investasi perusahaan di dalam periode mendatang beserta sumber pembiayaan.

Dari gabungan anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya operasi dan anggaran investasi, dapat disusun anggaran kas, yang merupakan rencana penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan di dalam suatu periode tertentu.

Dan pada tahap akhir dapat disusun anggaran neraca yang merupakan taksiran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu berdasarkan gabungan dari berbagai macam anggaran yang telah disusun sebelumnya.

Ilustrasi berikut, mungkin dapat memperjelas keterangan tentang tahapan didalam penyusunan anggaran tahunan :

PT. Alaskakindo adalah sebuah perusahaan produsen sepatu anak yang berlokasi di Jakarta. Perusahaan ini menghasilkan tiga jenis sepatu anak yang diberi kode 1A1, 2B2 dan 3C3. Ketiga jenis sepatu tersebut menggunakan bahan baku yang sama, baik jenisnya mauputn kualitasnya, yaitu kain, plastic dan karet. Pada akhir November 2009, manajemen perusahaan menyusun berbagai data yang relevan berkaitan dengan rencana kerja perusahaan pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, perusahaan merencanakan menjual 1A1 sebanyak 20.000 unit, 2B2 sebanyak 40.000 unit, 3C3 sebanyak 60.000 unit. Sedangkan harga jual per unitnya adalah Rp 35.000 untuk 1A1, Rp 32.000 untuk 2B2 dan Rp 30.000 untuk 3C3.

Diperkirakan persediaan sepatu awal tahun 2010 sebanyak 2.010 unit 1A1, 40.000 unit 2B2, 7.000 unit 3C3. Sedangkan persediaan sepatu pada akhir tahun 2010 yang diinginkan adalah sebanyak 3.500 unit 1A1, 6.000 unit 2B2 dan 6.000 unit 3C3.

Ketiga produk tersebut menggunakan bahan baku yang sama, yaitu kain, plastic dan karet. Setiap 1 unit 1A1 membutuhkan kain sebanyak 0,5 meter, plastic 0,4 meter dan karet 0,7 meter. Sedangkan setiap 1 unit 2B2 membutuhkan kain sebanyak 0,5 meter, plastic 0,5 meter dan karet 0,8 meter. Setiap 1 unit 3C3 membutuhkan kain 0,5 meter, plastic 0,6 meter dan karet 0,9 meter.

Diperkirakan, harga beli semua bahan baku tersebut akan stabil sepanjang tahun 2010 mendatang. Dimana harga beli 1 meter kain sebesar Rp 2.000; harga beli 1 plastik Rp 3.000 dan harga beli 1 meter karet sebesar Rp 4.000.

Diperkirakan, persediaan bahan baku pada awal tahun 2010 sebanyak 2.250 meter kain, 5.000 meter plastic dan 9.000 meter karet. Sedangkan persediaan bahan bakuk yang diinginkan untuk akhir tahun 2010 adalah sebanyak 6.000 meter kain, 8.000 meter plastic dan 7.250 meter karet.
Untuk membuat satu unit 1A1 diperlukan 4 jam langsung, untuk satu unit 2B2 memerlukan 3 jam kerja langsung dan 1 unit 3C3 membutuhkan sebanyak 2 jam kerja lansung. Setiap pekerja langsung dibayar Rp 6.000 per jam kerja. Sedangkan biaya overhead pabrik ditetapkan sebesar Rp 2.000 per jam kerja langsung.

Biaya pemasaran dianggarkan sebesar Rp 236.000.000 yang mencakup anggaran biaya iklan sebesar Rp 64.000.000; anggaran gaji dan komisi wiraniaga sebesar Rp 124.000.000; anggaran biaya angkut penjualan sebesar Rp 48.000.000. Sedangkan biaya administrasi dan umum dianggarkan sebesar Rp 241.000.000 yang mencakup anggaran gaji direksi sebesar Rp 120.000.000; anggaran gaji pegawai administrasi  sebesar Rp 60.000.000; anggaran biaya listrik, air dan telepon sebesar Rp 36.000.000; dan anggaran biaya penyusutan aktiva tetap sebesar Rp 25. 000.000.
Berdasarkan data diatas, dapat disusun anggaran opersional PT. Alaskakindo untuk tahun 2010 sebagai berikut:

Sesuai dengan tahapan di dalam proses penyusunan anggaran yang telah diuraikan pada halaman sebelumnya, bahwa langkah pertama di dalam proses penyusunan anggaran operational adalah menyusun anggaran penjualan. Anggaran penjualan yang merupakan rencana kerja perusahaan di dalam upaya memperoleh penghasilan, merupakan penjumlahan dari target volume produk yang ingin dijual, dikalikan dengan harga jual per unit dari setiap jenis produk tersebut. Itu berarti, dalam kasus PT. Alaskakindo, 1A1 yang ditargetkan dijual sebanyak 20.000 unit dikalikan dengan harga jual per unit sebesar Rp 35.000; ditambah dengan target penjualan 2B2 sebanyak 40.000 unit dikalikan dengan harga jual sebesar Rp 32.000 per unit; ditambah dengan target penjualan 3C3 sebesar 60.000 unit yang dikalikan dengan harga jual sebesar Rp 30.000 per unit. Sehingga anggaran penjualan ditetapkan nilai sebesar Rp 3.780.000.000.

Berdasarkan anggaran penjualan yang telah dibuat, dapat disusun anggaran produksi. Anggaran produksi disusun dengan menjumlahkan volume penjualan setiap produk yang ada dengan persediaan akhir yang diproyeksikan dan menguranginya dengan proyeksi persediaan awal dari setiap produk yang dihasilkan. Itu berarti untuk produk 1A1 yang dianggarkan dijual sebanyak 20.000 unit ditambah dengan prediksi persediaan barang pada akhir Desember 2010 sebesar 3.500 unit dan dikurangi dengan persediaan awal barang yang diperkirakan sebesar 2.000 unit. 

Penjumlahan dan pengurangan itu menghasilkan anggaran produksi sebesar 21.500 unit untuk 1A1. Demikian pula untuk produk yang lain, anggaran produksinya dihitung dengan cara yang sama. Berarti untuk produk 2B2 direncanakan diproduksi sebanyak 42.000 unit  dan produk 3C3 diproduksi sebanyak 59.000 unit.

Setelah disusun anggaran produksi, dapata disusun anggaran kebutuhan bahan baku untuk setiap produk yang ada. Karena setiap jenis produk menggunakan 3 jenis bahan, yaitu kain, plastic dan karet, maka setiap jenis produk akan membutuhkan ketiga jenis bahan baku tersebut dalam jumlah yang berbeda. Produk 1A1 membutuhkan 0,5 meter kain, 0,4 meter plastik dan 0,7 meter karet. Karena 1A1 diproduksi sebanyak 21.500 unit, maka produk tersebut membutuhkan kain sebanyak 10.750 meter yang merupakan perkalian antara 21.500 unit dengan 0,5 meter kain. 

Sedangkan kebutuhan plastic untuk 1A1 adalah sebanyak 8.600 meter (0,4 x 21.500) dan kebutuhan karet sebesar 15.050 meter (0,7 x 21.500). metode perhitungan yang sama digunakan untuk produk 2B2 dan 3C3. Kemudian, kebutuhan setiap jenis bahan baku untuk setiap jenis produk tersebut dijumlahkan satu dengan lainnya sehingga diketahui jumlah kebutuhan total untuk setiap jenis bahan baku yang ada. Seperti kebutuhan kain misalnya, sebesar 61.250 meter yang merupakan penjumlahan dari 10.750 meter(1A1) dengan 21.000 meter (2B2) dan 29.500 meter (3C3). Untuk menghitung kebutuhan total dari plastic dan karet, digunakan metode yang sama.

Dari anggaran kebutuhan bahan dapat disusun anggaran pembelian bahan. Anggaran pembelian bahan dihitung dengan menjumlahkan anggaran kebutuhan bahan untuk produksi dengan prediksi persediaan bahan baku pada akhir periode dan menguranginya dengan persediaan awal periode. Hasil dari penjumlahan dan pengurangan tersebut, mengahasilkan volume pembelian bahan yang dianggarkan. Volume pembelian tersebut jika dikalikan dengan taksiran harga beli dari setiap unit bahan akan menghasilkan anggaran pembelian bahan baku setiap jenisnya. 

Berarti, jumlah kain yang dibutuhkan untuk produksi sebesar 61.250 meter tersebut ditambah dengan 6.000 meter persediaan akhirnya dan dikurangi dengan  2.250 meter persediaan awalnya akan menghasilkan volume pembelian kain sebesar 65.000 meter. Volume tersebut dikalikan dengan taksiran harga beli kain sebesar  Rp 2.000 per meter menghasilkan anggaran pembelian kain sebesar Rp 130.000.000. Jika metode yang sama digunakan untuk menghitung anggaran pembelian plastic dan karet akan dihasilkan anggaran pembelian bahan baku pada periode tersebut.

Untuk menyusun anggaran tenaga kerja, tidak terkait secara langsung dengan anggaran pembelian bahan baku. Karena anggara tenaga kerja dihitung dengan mengalikan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan setiap unit produk dengan total produksi dan mengalikannya lagi dengan tariff per jamnya. Karena waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi 1A1 adalah 4 jam per unitnya, sedangkan produksi totalnya adalah sebesar 21.500 unit, maka total jam kerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan 21.500 unit 1A1 tersebut adalah sebesar 86.000 jam kerja. Dengan tariff sebesar Rp 6.000 per jam, maka biaya yang dibutuhkan untuk membayar tenaga kerja yang mengerjakan 1A1 adalah sebesar Rp 516.000.000 (86.000 unit  x  Rp 6.000). Metode yang sama harus digunakan untuk menghitung biaya tenaga kerja untuk 2B2 dan 3C3 dan kemudian dijumlahkan untuk mengetahui anggaran tenaga kerja totalnya

Karena tarif biaya overhead ditetapkan berdasarkan rupiah per jam kerja, maka untuk menghitung anggaran biaya overhead total adalah dengan menghitung jam kerja total dari setiap jenis produk dan mengalikannya dengan tarif biaya overhead per jamnya dari setiap jenis produk yang ada. Untuk produk 1A1 dibutuhkan jam kerja total sebesar 86.000 jam kerja. Sedangkan tariff biaya overhead adalah sebesar Rp 2.000  per jam kerja. Maka biaya overhead untuk 1A1 adalah sebesar Rp 172.000.000 (86.000 x Rp 2.000). jika metode yang sama diterapkan untuk 2B2 dan 3C3 dan kemudian hasilnya dijumlahkan, maka akan mengahsilkan anggaran biaya overhead untuk periode tersebut.

Sedangkan biaya komersial yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya administrasi, biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dan disesuaikan dengan situasi yang ada serta anggaran lainnya. Anggaran biaya pemasaran sangat terkait dengan anggaran penjualan. 

Jumlah volume penjualan yang dianggarkan akan sangat mempengaruhi besarnya biaya iklan dan biaya angkut  penjualan serta komisi untuk wiraniaga. Sedangkan biaya administrasi relative tidak terpengaruh dengan fluktuasi volume penjualan dan volume produksi. Karena itu, biasanya disusun berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan keadaan saat ini dan mendatang.

B. ANGGARAN OPERASIONAL BULANAN

Pembahasan anggaran operasional tersebut didasarkan pada anggaran tahunan. Karena untuk memahami hubungan antara anggaran parsial yang satu dengan anggaran parsial lainnya di dalam sistematika anggaran operasional. Lebih mudah jika lebih dahulu dimulai dari anggaran tahunan.
Memang anggaran yang dibuat suatu perusahaan biasanya didasarkan pada anggaran tahunan. 

Dan berdasarkan anggaran tahunan yang telah dimiliki tersebut, perusahaan membuat anggaran bulanan yang lebih rinci, sebagai patokan dasar dalam melaksanakan operasional bulanan perusahaan. Untuk menyusun anggaran bulanan perusahaan, anggaran tahunan yang telah dibuat dibagi ke dalam 12 bulan yang ada. Tetapi pembagian anggaran tahunan ke dalam 12 bulan tersebut tidak selalu bisa dilakukan secara merata. 

Anggaran operasional tahunan tidak dapat dibagi langsung dengan 12 bulan begitu saja, dengan mengabaikan berbagai faktor lain yang berpengaruh. Pembagian anggaran tahunan ke dalam anggaran bulanan tetap harus memperhatikan berbagai faktor yang berpengaruh langsung terhadap aktivitas operasional perusahaan, seperti gejolak volume penjualan produk perusahaan akibat berbagai hal lainnya.

Tetapi secara umum, anggaran operasional bulanan memiliki sistematika yang sama dengan anggaran operasional tahunan. Dimana untuk menyusun anggaran operasional bulanan dimulai dari anggaran penjualan bulanan. Berdasarkan anggaran penjualan bulanan tersebut dibuat anggaran produksi bulanan. Setelah anggaran produksi bulanan selesai disusun, langkah diberikutnya adalah menyusun anggaran kebutuhan bahan baku bulanan. 

Jika kebutuhan bahan baku bulanan tersebut telah diketahui, maka dapat disusun anggaran pembelian bahan baku bulanan. Fase berikunya, dapat disusun anggaran biaya tenaga kerja bulanan. Anggaran biaya tenaga kerja bulanan tersebut disusun berdasarkan tarif biaya tenaga kerja yang telah ditetapkan.

Jika tarif didasarkan pada tariff per unit produk, maka jumlah biaya tenaga kerja akan dipengaruhi langsung dengan volume produksi yang dianggarkan. Jika tariff ditetapkan berdasarkan jam kerja langsung, maka jumlah biaya tenaga kerja akan dipengaruhi langsung oleh jumlah jam kerja langsung yang dianggarkan. Jika tarif ditetapkan berdasarkan jumlah hari kerja, maka jumlah biaya tenaga kerja akan dipengaruhi langsung oleh jumlah hari kerja yang dianggarkan. Sedangkan untuk menyusun anggaran biaya overhead, juga tergantung pada penetapan tarif dasar yang digunakan. 

Tarif biaya overhead dapat didasarkan pada jumlah jam kerja langsung, pada jumlah volume produksi atau pada jumlah hari kerja. Demikian dengan anggaran biaya pemasaran. Walaupun tidak selalu dapat diukur dengan tepat jumlah biaya pemasaran per unit produk suatu perusahaan, jumlah produk yang direncanakan untuk dijual di dalam suatu periode tertentu akan memiliki pengaruh langsung terhadap besarnya biaya pemasaran yang dianggarkan. Sedangkan anggaran biaya administrasi dan umum tidak dipengaruhi secara langsung dengan besarnya volume produksi atau volume penjualan produk suatu perusahaan. Anggaran biaya administrasi dan umum cenderung tetap dari waktu ke waktu.

Ilustrasi berikut, mungkin dapat memperjelas keterangan tentang tahapan di dalam penyusunan anggaran bulan :

PT.Indomebel adalah sebuah perusahaan produsen rak buku yang berlokasi di bogor. Pada bulan Oktober 2009, manajemen perusahaan ini menyiapkan berbagai data yang terkait guna anggaran operasional perusahaan untuk tahun 2010. Data-data terkait yang telah dikumpulkan adalah sebagai berikut:
Realisasi penjualan produk perusahaan tahun 2008 adalah sebesar 5.000 unit produk. Untuk tahun 2010, perusahaan mengharapkan kenaikan volume penjualan sebesar 20% dari volume penjualan tahun 2008.

Dari total volume penjualan yang direncanakan untuk tahun 2010 tersebut, dialokasikan masing-masing sebanyak 15% untuk bulan Oktober dan Desember, masing-masing sebanyak 10% untuk bulan Januari, Februari, September dan November, masing-masing sebanyak 5% untuk bulan-bulan sisanya. Pengalokasian volume penjualan tersebut didasarkan pada data historis penjualan tahun-tahun sebelumnya.

Persediaan produk perusahaan pada awal tahun 2010 direncanakan sebanyak 200 unit produk. Sedangkan persediaan produk pada akhir setiap bulannya direncanakan sebanyak 10% volume penjualan produk perusahaan pada bulan yang bersangkutan.

Setiap unit rak buku tersebut membutuhkan bahan baku seharga Rp 90.000. Sedangkan persediaan bahan baku yang direncanakan pada awal tahun 2010 adalah bahan baku yang diperlukan untuk 100 unit rak buku. Sedangkan persediaan bahan baku setiap akhir bulan adalah sebanyak 20% dari kebutuhan bahan baku setiap bulannya.

Untuk memproduksi setiap unit rak buku memerlukan 25 jam kerja langsung (JKL). Sedangkan tenaga kerja langsung yang memproduksi rak buku tersebut dibayar sebanyak Rp 4.000 per jam kerja langsung.

Sedangkan biaya overhead pabrik yang dianggarkan ditetapkan dihitung berdasarkan tarif per jam kerja langsung dimana tariff overhead untuk setiap jam kerja langsun ditetapkan sebesar Rp 1.500.

Untuk memasarkan produk yang dihasilkan, perusahaan mengalokasikan biaya pemasaran sebesar Rp 22.000. per unit produk yang dijual.
Sedangkan untuk aktivitas administrasi dan umu, perusahaan menganggarkan sebesar Rp 14.000.000 per bulan.

Berdasarkan data dan keterangan yang telah dihimpun manajemen PT. Indomebel tersebut, dapat dibuat anggaran operasional bulanan sebagai berikut :

Seperti didalam pembahasan anggaran operasional tahun sebelumnya penyusunan anggaran operasional bulanan dimulai dari penyusunan anggaran penjulan. Di PT.INDOMEBEL ,penjualan tahun 2010 ditetapkan naik sebesar 20% dari volume penjualan tahun 2008. Maka jumlah produk yang akan dijual perusahaan ini pada tahun 2010 adalah sebesar =5.000 unit x 120% = 6.000 unit. Dari total penjualan sebanyak 6.000 unit didalam 1 tahun tersebut, sebanyak 15% atau sebanyak 900 unit akan dialokasikan masing masing pada bulan Oktober dan Desember. Sebanyak 10% atau sebanyak 600 unit, masing masing akan dialokasikan pada bulan Januari,Februari,September dan November. Sedangkan pada bulan Maret,April,Mei,Juni,Juli dan Agustus masing masing dialokasikan sebanyak 5% atau sebanyak 300 unit produk.

Setelah alokasi volume penjualan masing masing bulan telah ditetapkan,maka volume penjualan tersebut dikalikan dengan harga jual produk sebesar Rp.350.000/unit akan menghasilkan nilai penjualan pada bulan tersebut. Seperti pada bulan Januari,jumlah barang yang akan dijual sebesar 600 unit dikalikan dengan harga jual Rp.350.000,-/unit akan menghasilkan nilai penjualan sebesar Rp.210.000.000.

Setelah nilai masing masing bulan dihitung dengan cara yang sama akan diketahui volume penjualan total dalam 1 tahunn sebesar 6.00/unit dengan harga jual Rp.350.000 akan menghasilkan nilai penjualan total dalam setahun sebesar Rp.2.100.000.000. Setelah anggaran penjualan disusun, berdasarkan volume penjualan yang ditetapkan didalam anggaran penjualan tersebut, perusahaan dapat menyusun anggaran produksi.

Volume penjualan bulanan yang telah ditetapkan ditambah dengan persediaan akhir yang diinginkan, dikurangi dengan persediaan awal yang ditetapkan akan menghasilkan volume produksi setelah perusahaan menyusun anggaran produksi dan telah diketahui volume barang yang akan diproduksi pada setiap bulannya maupun sepanjang tahun 2010. Anggaran biaya bahan baku dihitung dengan cara mengalikan volume produksi didalam satu tahun dengan biaya bahan baku yang diperlukan untuk setiap unit produk yang dihasilkan. Itu berarti perusahaan harus terlebih dahulu menghitung volume bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk.

Anggaran biaya bahan baku adalah besarnya bahan baku yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk seperti yang telah ditetapkan dalam anggaran produksi. Gejolak harga beli bahan baku juga dapat berpengaruh terhadap proses pembelian bahan. Karena itu perusahaan perlu membuat anggaran pembelian bahan baku dengan memperhitungkan persediaan bahan baku pada awal dan akhir setiap bulannya. Persediaan bahan baku pada awal dan akhir bulan berfungsi sebagai cadangan untuk mengurangi gejolak yang mungkin terjadi dalam proses pembelian.

Jumlah bahan baku yang diperlukan setiap bulannya ditambah dengan persediaan pada akhir bulan dikurangi persediaan pada awal bulan akan menghasilkan nilai pembelian bulan tersebut misalnya pada bulan januari nilai bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi barang dibulan tersebut adalah Rp 41.400.000. Nilai persediaan pada akhir bulan januari yang ditetapkan sebesar 20% dari bahan baku pada bulan tersebut akan dihasilkan nilai sebesar Rp 8.280.000 (41.400.000 x 2-%). Sedangkan nilai persediaan bahab baku pada awal tahun 2010 telah ditetapkan nilai bahan baku untuk 100 unit produk, maka akan menghasikan nilai sebesar Rp.9.000.000 (100 x 90.000). Karena nilai pembelian yang dianggarkan pada bulan Januari adalah sebesar Rp.40.680.000 (pembelian = 41.400.000 + 8.280.000 – 9.000.000). Nilai persediaan akhir buan Januari akan menjadi nilai persediaan awal bulan Februari. Dan nilai persediaan pada akhir bulan Februari adalah 20% dari nilai biaya bahan baku pada bulan Februari, maka akan menghasilkan nilai sebesar Rp.10.800.000 (persediaan akhir= 20% x 54.000.000). Persediaan pada akhir Februari akan menjadi persediaan awal bulan Maret. Demikian seterusnya.

Untuk menyusun anggaran biaya tenaga kerja, karena  biaya dalam perusahaan ini didasarkan pada tarif per jam kerja langsung, maka untuk jumlah jam kerja total adalah dengan mengalikan jumlah jam kerja yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit produk perusahaan dengan jumlah volume produksi.

Missalnya pada bulan Januari, diproduksi sebanyak 460 unit produk. Sedangkan untuk memproduksi setiap unit diperlukan 25 jam kerja langsung. Sehingga jam kerja total untuk Januari adalah 11.500 jam kerja langsung (JKL,total = 460 x 25 ). Jumlah jam kerja total tersebut dikalikan dengan tarif (upah) tenaga kerja sebesar Rp.4000/jam kerja akan menghasilkan biaya tenaga kerja total sebesar Rp.46.000.000. Untuk bulan Januari. Demikian seterusnya, metode yang sama digunakan untuk menghitung bulan bulan berikutnya, sehingga akan menghasilkan biaya total tenaga kerja sebesar Rp. 589.000.000.

Karena biaya overhead dalam perusahaan ini didasarkan pada tariff jam kerja langsung, maka untuk menghitung biaya overhead yang dianggarkan menggunakan angka yang sama dengan menghitung anggaran biaya perusahaan diatas setelah jam kerja total bulan diketahui maka dikalikan dengan tarif overhead per jam kerja langsung.

Seperti pada bulan januari, jam kerja total yang diperlukan adalah sebanyak 11.500 jam kerja langsung, dikalikan tarif overhead sebesar Rp 1.500 per jam kerja langsung akan menghasilkan biaya overhead sebesar Rp 17. 250.000. untuk bulan januari sehingga akhirnya diketahui jumlah biaya overhead total sebesar Rp 220.875.000. untuk tahun 2010.

Walaupun biaya pemasaran tidak memiliki hubungan langsung dengan jumlah produk yang dijual tidak dipungkiri bahwa target produk yang akan dijual akan berpengaruh terhadap biaya pemasaran yang diperlukan.

Dalam kasus PT. Indomebel ini biaya pemasaran yang dianggarkan perusahaan dihitung dengan menggunakan tarif unit produk yang dijual. Dalam hal ini perusahaan menetapkan tarif Rp 22.000 per unit produk. Karena pada bulan Januari perusahaan merencanakan menjual produk sebesar 600 unit, maka biaya pemasaran yang dierlukan adalah sebesar Rp.13.200.000. (by.pemsaran = 600 x 22.000) untuk bulan Januari. Demikian pula untuk bulan bulan selanjutnya, menggunakan metode yang sama, sehingga akan menghasikan anggaran biaya pemasaran total sebesar Rp.132.000.000 untuk tahun 2010.

Sedangkan biaya administrasi dan umum adalah biaya yang relative tidak berubah dari tahun ke tahun dan relative tidak dipengaryhi oleh besarnya volume produksi kalaupun terjadi kenaikan biaya ini, akan lebih banyak dipengaruhi oleh kebijakan internal,seperti kenaikan gaji karyawan.



BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukan perolehan dan penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun.

Anggaran operasional adalah rencana kerja perusahaan yang mencakup semua kegiatan utama perusahaan dalam memperoleh pendapatan di dalam suatu periode tertentu.

B. Saran

Kami menyadari bahwa makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna, tentunya masih terdapat kekurangan. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca terhadap segala sesuatu yang kurang pada makalah ini. Agar menjadi pembejaran bagi penulis supaya kedepan penulis dapat menyelesaikan makalah dalam bentuk lebih baik lagi.

 Note: Anda tidak diperkenankan mengambil artikel ini untuk diposting di halaman web apapun yang anda miliki tanpa izin dari penulis blog ini. Atas pengertiannya saya ucapkan terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Rudianto, penganggaran perusahaaan, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2009

Postingan populer dari blog ini

5 + Soal dan Jawaban Jasa Assurance dan Audit Laporan Keuangan

Syifa.com - Pasti sobat yang sedang baca artikel blog ini sedang mencari jawaban terkait jasa assurance dan audit laporan keuangan. Sobat tepat sekali mengunjungi blog ini. Karena di artikel blog ini saya akan menyajikan soal beserta jawabannya tentang jasa assurance dan audit laporan keuangan.  5 + Soal dan Jawaban Jasa Assurance dan Audit Laporan Keuangan Berikut soal dan jawabannya : 1. Tanya : Jelaskan hubungan dasar pemilik dan manajer untuk membantu dalam memahami permintaan untuk auditing ? Jawab : Model prinsipal-agen merupakan alat konseptual yang bermanfaat dan dapat dikembangkan dalam hubungan kontrak pekerjaan yang lebih kompleks antara prinsipal dan agen, dan konsep ini juga bisa diterapkan pada jenis hubungan lain yang ada dalam suatu entitas. Contohnya, bagaimana pemberi pinjaman mencegah manajemen untuk meminjam dana dan menggunakkannya secara tidak tepat? Satu cara adalah dengan menempatkan perjanjian terbatas dalam hal perjanjian utang yang harus d...

Perkembangan DSAK dan PSAK di indonesia

Syifa.com - Profesi Akuntan di Indonesia  terhimpun dalam Ikatan Akuntan Indonesia yang berdiri pada 23 Desember 1957. Dewan Standar Akuntansi merupakan salah satu lembaga di bawah Ikatan Akuntan Indonesia yang bertugas menyusun dan menetapkan pernyataan standar akuntansi keuangan. Perkembangan DSAK dan PSAK di indonesia Kebutuhan standar akuntansi keuangan dirasakan perlu sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1973. Pada tahun tersebut dibentuk panitia penghimpun bahan-bahan dan struktur dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) dan Generally Accepted Auditing Standar (GAAS). Panitia tersebut menghasilkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA). Keduanya merujuk pada US-GAAP dan US-GAAS. Selama hampir sembilan tahhun, PAI tidak mengalami perkembangan, perubahan, maupun penambahan dari standar yang dibuat, padahal rujukan utamanya mengalami perubahan yang pesat. berdasarkan ketentuan yang ada saat itu, pengesahan ...