Syifa.com - Bukan hanya ilmu tanpa amal yang bencana,
amal tanpa ilmu pun juga adalah bencana. Keduannya sama-sama bencana .
Harmonisasi terjadi ilmu merealitas dalam amal.
Bagi saya manusia sesungguhnya bukan apa
yang dia pikirkan, bukan apa yang dia rasakan tetapi apa yang dia lakukan.
Seideologi bukan bermakan sepikiran tetapi bermakna setindakan, karena tindakan
tak lain adalah ilmu yang merealitas.
Bahkan Tuhan sekalipun memberikan
nikmatnya kesemua ciptaan tanpa membedakan mukmin maupun kafir (paling tidak
nikmat pencitaannya).
Lalu bagaimana dengan kita? Tuhan saja tak
"memboikot" nikmatnya bagi kaum kafir.
Hidup akan lebih indah bilamana kita
sebagai makhluk ciptaan Tuhan saling menghargai. Itulah hidup yang sebenarnya.
Yang menurut saya Tuhan mengharapkan kita bisa saling mencintai tanpa memandang
perbedaan.
Oleh karena ada perbedaan itulah hidup
akan semakin indah dan harmonis. Lihat saja pelangi, ia indah dipandang karena
berbeda-beda warnanya. Begitupun kehidupan layaknya sang pelangi di langit yang
biru.
Hidup rukun dan harmoni dimasyarakat
membuat bumi "bernafas lega" melihat manusia yang memakmurkannya,
manusia yang Allah titipkan untuk menjaga dan memakmurkannya. Marilah menjaga
kerukunan antar umat ber agama, etnis, budaya, dan bahasa. Kita satu negara
NKRI yang menjadi kewajiban kita dari sabang sampai merauke untuk selalu saling
sapa tanpa pandang perbedaan.
NKRI akan damai selamanya jika
masyarakatnya sadar dan mau saling menghargai. Kita tentu tidak mau NKRI ini
dijajah lagi oleh negara asing. Kita sudah cukup dan tidak mau lagi rasanya
harkat serta martabat sebagai bangsa yang merdeka dijajah kembali oleh negara
lain.
Ingat toleransi bukan mengikuti apa yang
lain lakukan tapi toleransi menurut saya adalah menghargai perbedaan tanpa mencampuri
perbedaan itu sendiri.