Syifa.com - Ada perasaan kesal dan dongkol yang terus menggelayuti hati kita saat kita merasa dibohongi, dirugikan, disakiti atau dilecehkan oleh seseorang. Perasaan itu terus dan terus mengunjungi hati dan juga pikiran kita sehingga kita menjadi merasa terbebani.
Bagaimana kalau perasaan seperti itu terus membebani hati dan pikiran kita; tentu saja akan sangat menderita. Dalam ajaran agama-agama manapun perbuatan jahat tidak bisa dibenarkan. Siapa pun melakukan kejahatan kepada orang lain di ancam hukuman atau balas dendam.
Barang siapa melakukan pengrusakan pada anggota tubuh seseorang akan dibalas dengan hal yang sama; mata dengan mata; telinga dengan telinga; tangan dengan tangan, dan seterusnya. Dan siapa pun yang membunuh, maka dia juga akan dibunuh pula.
Bagaimana mungkin orang yang sudah dibunuh bisa membalas? Tentu saja tidak bisa. Tapi dalam hukum-hukum agama samawy bahwa anggota keluarga atau para ahli waris berhak menuntut balas. Dan itu hukum yang ditetapkan ajaran samawy _ Yahudi, kristen dan Islam.
Tapi membalas bukanlah pekerjaan mudah. Bagaimana kalau kejahatan yang dilakukan itu terjadi karena ledakan emosi sesaat atau bahkan kesalahpahaman ? Ini akan menjadi rumit. Sementara pembalasan yang dimaksudkan untuk menegakkan hukum yang intinya adalah keadilan bisa jadi melenceng.
Bagaimana mungkin? Coba bayangkan, ketika dendam menyusup dalam hati dan pikiran, maka pembalasan bisa tidak adil. Tangan yang dipotong bisa lebih besar, lebih melukai atau lebih berat.
Maka, Al-Quran memberikan jalan keluar yang lebih arif dan adil; meminta tebusan atau memberikan maaf. Tapi, memberi maaf itu tentu saja bukan perkara mudah itu adalah perkara yang berat sekali.
Hanya orang-orang yang berhati lapang dan berjiwa besar yang bisa memberikan maaf. Juga, sebaliknya, hanya orang-orang yang berhati mulia saja yang mau rendah hati meminta maaf atas kesalahannya. Kedua pekerjaan itu; antara memaafkan dan meminta maaf adalah dua masalah yang sama hebatnya.
Dan, ternyata, keduanya menjadi sebuah kunci rahasia kesuksesan para pemimpin dunia. Rasulullah Saw adalah salah seorang yang dicatat dalam sejarah dunia sebagai tokoh sukses kelas dunia nomor wahid. Rahasianya; memaafkan dan meminta maaf.
Tentu kita ingat cerita seorang yang suka meludahi beliau setiap hendak ke masjid; cerita ketika jibril datang hendak menolong beliau saat dilempari batu oleh orang-orang Thaif; cerita Fathul Mekah?
Dan masih banyak lagi. Rasulullah Saw dengan kelapangan dan kebesaran jiwanya telah memberikan maaf tulus kepada musuh-musuhnya. Bahkan kepada musuh bebuyutannya seperti muawiyyah, dkk.
Juga soal meminta maaf, ketika khutbatul wadaa (fare well speech), Rasulullah membiarkan orang yang ingin menuntut balas memukul dirinya.
Bisa dibayangkan; betapa hebat Rasulullah Saw itu. Beliau hebat justru sebagai manusia biasa; basyar kal al basyri (manusia sebagaimana layaknya manusia biasa). Beliau hebat karena hatinya bak mutiara. Hingga Allah SWT sendiri kemudian memujinya dalam Al-Quran?
Sekarang masalahnya kembali kepada kita, maukah kita mendendam, yang membebani hati dan pikiran kita, atau memaafkan? Kenapa tidak coba memaafkan?
"Salah satu rahasia umur panjang dan kehidupan yang bahagia adalah memaafkan semua orang atas perbuatannya setiap malamnya sebelum tidur." (Anne Landers).