"Dan takutlah kamu sekalian akan azab yang tidak hanya menimpa mereka yang berbuat dzalim saja; dan ingatlah azab Allah swt sangat keras." (Al-Anfal; 25).
Open Up Your Mind
Kenapa Islam tidak mentolerir setiap bentuk kejahatan? Dan kenapa kejahatan dunia dewasa ini malah dilabelkan kepada orang Islam?
Kejahatan dalam bahasa Al-Quran sering diistilahkan dengan adz-dzulm atau as-sar. Dalam bahasa Inggris mungkin bisa diistilahkan; evil, mischief, wrong deed dan lain-lain. Tapi, bisa disimpulkan bahwa kejahatan itu bisa muncul karena dzulm, atau hati yang sedang kalap atau gelap. Dan, para pelaku kejahatan ad-dzaalim, atau kadang juga disepadankan dengan tiran, adalah mereka yang hatinya sudah gelap. Gelap karena jauh dari sentuhan cahaya Allah swt.
Orang yang hatinya jauh dari cahaya Allah swt biasanya dikarenakan dia membiarkan dirinya terus melakukan kejahatan. Karena terus-terusan akhirnya, modal utama yang berupa cahaya suci kemudian padam. Kenapa?
Cahaya dalam hati itu padam karena dia tidak mau mengisi, men-charge ulang, membersihkan sumbu dan semprongnya. Dan, bila itu berlangsung lama rasa sakit, inferno akibat dosa pun hilang. Itu mirip dengan orang yang sudah imun dan kebal. Hati sudah tidak lagi responsif untuk menerima pesan-pesan kebenaran.
Biasanya Al-Quran sendiri menggambarkannya dengan mereka telah memadamkan lentera hati mereka sendiri dengan berbuat zalim kepada diri. So, baru kemudian Al-Quran akan menyatakan: dzahaballahu binnurihi; yang artinya cahaya hati nurani pun padam karena memang orang itu memadamkannya sendiri.
Setiap bentuk kejahatan jangan selalu dikira hanya akan berdampak kepada orang lain. Tapi bahwa yang paling parah adalah justru dampak pada diri, yakni sedang melakukan mengrusakan spiritual, perdition! Ini sesungguhnya sangat berbahaya, tapi si pelaku tidak sadar.
Karena setiap bentuk kejahatan selalu dinisbahkan kepada manusia, sedangkan kebaikan selalu dinisbahkan datang dari Allah swt. Kenapa? Allah swt Yang Maha Kasih dan Sayang kepada hamba-Nya itu sesungguhnya tidak pernah, menzalimi hamba-hamba-Nya, kecuali hamba-hamba-Nya sendiri yang menzalimi dirinya.
Hal yang paling penting untuk diingat, tentunya adalah, bahwa tidaklah orang yang mengaku dirinya beriman kepada Allah swt kemudian melakukan kejahatan, Ini sungguh tidak mungkin. Kenapa? Iman tidak bisa dipersandingkan dengan kejahatan. Artinya bagaimana dalam satu rongga hati (al-jauf) ada dua hal yang paling kontradiktif; iman dan kejahatan.
Karenanya Rasulullah Saw juga telah mengingatkan siapa pun yang mengaku dirinya Muslim dan beriman kemudian dia masih melakukan tindak kejahatan, maka saat dia melakukan kejahatan itu dia bukan orang Islam dan beriman. Sehingga bisa dibayangkan akibatnya bila pas saat itu dia sial. Apa itu?
Kalau seorang mengaku Muslim dan beriman kemudian dia mencuri atau mengorupsi tapi saat itu ditembak atau tertabrak dan dia mati, maka dia bisa dikategorikan mati kafir. Mengerikan!
Padahal Al-Quran mewanti-wantikan bahwa apa pun kondisinya, setiap orang muslim dan mukmin jangan mati, kecuali dalam kondisi berislam dan beriman (walaa tamuutunna illa wa antum Muslimuun).
So, permasalahannya sekarang; apakah kita yang sudah mengaku berislam dan beriman masih juga mau melakukan kejahatan? Bagaimana mungkin? Jangan-jangan tuduhan bahwa orang islam jahat jgua karena kita yang mengaku islam masih mentolerir diri berbuat jahat.
Bukankah kita tidak lebih baik berusaha mulai sekarang untuk meninggalkan?
Sekian artikelnya kali ini. sampai jumpa di artikel selanjutnya.
Referensi : Tasirun Sulaiman, 2008. Motivasi Qurani Harian Refreshing U're Soul. Cetakan 1. Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta Selatan.