"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (Al-Isra' : 27).
Open Up Your Mind
Budaya hura-hura teman setan
Hidup di tengah arus globalisasi; hubungan antara negara-negara dan suku-suku bangsa di dunia sepertinya sudah hilang batas-batasnya, membuat siapa pun yang tidak cukup kuat menjadi korban dan mangsa dari segalanya.
Pendeknya, hidup di sebuah desa-buana, rumus siapa kuat siapa berkuasa tidak bisa dielakkan. Semacam ungkapan manusia bisa menjadi mangsa sesamanya itu terjadi.
Tapi pengertian memangsa tentunya bukan dalam pengertian fisikal, melainkan dalam pengertian dan segi-segi yang lain; dominasi politik, ekonomi, budaya, ilmu pengetahuan, teknologi dan lain-lain.
Dari segi dominasi budaya, tontonan budaya-budaya kapitalis dengan ekonomi pencitraan membuat kita ingin membeli segala yang mereka tawarkan demi sebuah gengsi. Mode, dan segala macam rupa menjadi konsumsi media massa. Dan ini lambat laun membentuk persepsi tersendiri tentang gaya, gaya hidup yang dampaknya dengan tanpa sadar kita benar-benar menjadi mangsa dalam pengertian yang lain; korban mode.
Hidup yang penuh gemerlap dan glamor, yang keseluruhnya adalah bersifat hedonis, demi kesenangan adalah bagian dari budaya setan tentunya sangat senang.
Budaya hedonis, atau hura-hura itu benar-benar sesuai dengan kepentingan dan desain setan, yakni memperdaya manusia agar lalai.
jadi hura-hura membuat orang bahkan lupa kepada Allah SWT. Dan dia juga kehilangan kesadaran tentang tanggungjawab; dia tidak menyadari bahwa harta yang dimiliki itu bukan miliknya mutlak, melainkan pinjaman, titipan Allah swt. kelak dia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat.
Orang beriman adalah orang dengan pribadi kuat yang memiliki integritas moral dengan referensi Al-Quran dan sunnah. Globalisasi bukanlah sesuatu yang perlu dihentikan atau dimusuhi karena itu sudah menjadi gerak perubahan kehidupan.
Orang beriman selalu melihat masalah bukan sebagai sesuatu yang harus dijauhi tapi harus di hadapi. orang beriman melihat kehidupan sebagai tantangan, ujian yang di situ dia dituntut untuk terus bisa memberikan kontribusi kepada perubahan.
So, apakah sebagai muslim dengan berpedoman kepada sumber-sumber ajaran islam tidak lebih baik bersikap selektif dan arif; mengambil yang memperkuat agamanya dan menolak segala yang merusak, seperti hura-hura itu?
"Hasrat kepada kenikmatan adalah sesuatu yang datang bagai tamu, lalu berubah jadi tuan rumah, kemudian dia pun menjadi tuan yang berkuasa." (Kahlil Gibran).
Semoga artikel ini bermanfaat ya
Silahkan di share ke semua media sosial yang kalian punya.