"Hai orang beriman,
berusahalah sedapat mungkin menjauhi prasangka buruk; karena dalam banyak hal
prasangka buruk itu dosa; dan janganlah saling mencurigai di antara kamu
sekalian, dan jangan pula berkata buruk dari belakang mereka" (Al-Hujurat;
12).
Open Up Your Mind
Ada apa dengan prasangka
buruk? Kenapa Al-Qur'an melarang orang beriman berprasangka buruk? Dalam
menjalani kehidupan orang akan sangat dipengaruhi oleh banyak hal; baik faktor
eksternal maupun internel.
Tetapi yang sesungguhnya banyak mempengaruhi
perilaku dan cara berfikir seseorang adalah dirinya sendiri. Bukan orang lain.
Konstribusi orang lain hanyalah sebatas sebagai fasilisator saja.
Berprasangka buruk itu
ada kaitan erat dengan masalah paradigma. Dalam istilah psikologi "paradigma" yang
diambil dari kata 'pardigm' yang artinya cara memandang sesuatu; the
way to veiw the world. Cara mempersepsikan sesuatu. Cara dia
memberikan respons terhadap dunia di luar dirinya.
Paradigma terbentuk oleh
latar belakang pengalaman dan pendidikan seseorang serta telah melewati waktu
yang panjang. Sehingga paradigma itu sulit sekali di rubah. Dia sudah menjadi
bagian organik bawah sadar, yang setiap saat bisa bereaksi. Kecuali bila
seseorang itu memiliki kesadaran diri serta berkeberanian mengoreksi diri
dengan terus membuka diri. Artinya, pergeseran paradigma itu akan sangat sulit
sekali terjadi tanpa diiringin dengan usaha serius.
Orang-orang yang suka
berprasangka buruk terhadap orang lain adalah mereka yang biasanya memiliki
paradigma yang tidak sehat. Dia tidak memiliki kepribadian proaktip. Dia
tidak berusaha untuk merubah dirinya dengan belajar dan meningkatkan kualitas
diri. Dan melebarkan pengaruh diri.
Pribadi semacam itu
biasanya juga akan melihat orang lain sebagai ancaman (threat) bukan
tantangan (challenge). Dia selalu menaruh curiga kepada orang lain.
Karena sikap-sikap seperti dia kemudian menjadi pribadi yang sangat tertutup,
introvert. Jadi, masalah berprasangka buruk yang dilarang oleh Al-Qur'an itu
sesungguhnya merupakan bukti bahwa Al-Qur'an ingin berpesan bahwa perilaku
semacam itu sangat tidak menguntungkan. Kenapa?
Orang-orang dengan
kepribadian tidak proaktif dan introvert akan sulit belajar dari orang lain.
Dia over protective dan tidak open-minded. Dia
tidak bisa melihat orang lain sebagai sebuah sumber pembelajaran (learning
source) yang dapat memacu perkembangan diri tetapi sebagai sebuah bahaya
yang harus dihindari. Dia juga akan selalu curiga dengan setiap perlakukan
orang lain.
Karena itu kemudian para
pemilik kepribadian serupa akan bertingkah laku seperti kura-kura yang
selalu menyembunyikan diri dalam cangkangnya. Tapi coba renugkan! Apakah itu
benar? Tentu saja tidak, karena sesungguhnya musuh itu bukanlah orang lain,
tetapi ada dalam dirinya sendri; (the enemy is in your-self)!
Sementara di sisi lain,
Al-Qur'an juga menggaransikan kepada orang beriman bahwa orang itu pada
hakekatnya mencintai kebajikan (fitrah, nature). Siapa pun dia; agama
apa pun yang dia peluk, maka dia akan mencintai setiap bentuk perbuatan baik.
Dan, sebaliknya, dia akan membenci segala bentuk kejahatan; menipu, mencuri,
dan lain-lain.
jadi, tidaklah seseorang
itu terlebih dahulu harus memancang kuda-kuda dan was-was sebelum benar-benar
orang lain itu melakukan tindakan yang dapat merugikan kita.
So, sekarang; apakah
kita sudah menjauhi sikap berprasangka buruk atau belum? Kalau belum, maka
cobalah lihat dengan paradigma baru yang kita miliki.
"Tidak mungkin ada
persahabatan tanpa kepercayaan, dan tidak ada kepercayaan tanpa ada integritas."
(Sameul Johnson).
Referensi :
Tasirun Sulaiman, 2008.
Motivasi Qurani Harian Refreshing U're Soul. Cetakan 1. Grafindo Khazanah Ilmu.
Jakarta Selatan.