"Dan sesungguhnya Tuhan telah
menyiapkan rizki kepada yang dia kehendaki, dan Dia akan memberikan rizki
kepada orang tersebut sesuai dengan kemampuannya karena sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui dan Memperhatikan hamba-hamba-Nya." (Al-Isra : 30).
Open Up Your Mind
Kita selalu merasakan kekurangan
dengan apa yang kita miliki. Kita selalu ingin memiliki lebih banyak dari orang
lain. Kita ingin di katakan dan disebut-sebut orang yang paling kaya; bukankah
perasaan semacam itu sering muncul dan menggoda kita?
Salah satu ciri manusia adalah
selalu merasa kurang dan selalu ingin memiliki lebih. Perasaan itu sesungguhnya
menjadi pembawaan intrinsik, naluriah manusia. Dengan perasaan semacam itu
manusia kemudian terdorong untuk terus bekerja keras dan berusaha memenuhinya.
Tapi anehnya, ketika manusia mendapatkan apa yang diinginkannya dia pun selalu
merasa masih kurang. Sehingga manusia pun terus mengejar dan mengejarnya untuk
memenuhinya. Lalu sampai kapan?
Jawabnya tentu tidak akan pernah,
terpenuhi; sekalipun dunia dan isinya. Bahkan dengan ditambahkan dunia yang
baru dengan segala isinya tidak akan pernah, merasa cukup (the world is not
enough).
Apa yang bisa menghentikan manusia
dari perasaan berkekurangan yang terus-menerus hanyalah perasaan qanaah (self-satisfaction);
mengayakan hati. Mengayakan pikiran. mengayakan perasaan. Kenapa? Karena yang
membuat kita ingin memiliki sesuatu berlebih adalah hati, pikiran dan perasaan
kita sendiri.
Cobalah berhenti sejenak dan
renungkan! Bukankah orang yang kaya pun tidak lebih memiliki perasaan lebih
miskin dari kita. Mereka harus memikirkan berbagai tagihan; kartu kredit,
kredit mobil, rumah, telepon dan lain-lain.
Maka sekali-kali berbagilah cerita
dengan teman kita yang kaya. Pasti kita bisa tercengang dengan keluhan-keluhan
mereka. Mereka juga memiliki persoalan yang tidak lebih berat dari kita.
Juga soal pekerjaan dan gajinya.
Mereka yang dianggap lebih enak dari kita. Lebih nyaman dari kita. Gaji lebih
banyak dari kita. Bisa jadi ketika di ajak berbagi perasaan mereka mengeluhkan
hal yang sama dengan kita; mereka takut dipecat, takut dimarahi atasan, takut
diturunkan jabatan, takut dipotong gajihnya dan lain-lain.
Dan sesungguhnya, kepemilikan
material yang berupa rizki sudah diatur Allah SWT; dengan segala sikap welas
asih dan kasih sayang-Nya serta maha berkebijakan dan maha berkearifan, Allah
SWT mengetahui apa yang terbaik buat kita.
Jadi, yang penting kekayaan itu
sebenarnya berawal dari dalam diri kita sendiri; dari hati, pikiran dan
perasaan kita. Kalau saja kita terus menjadi orang yang memperturutkan hawa
nafsu kita dan selalu melihat kepada orang lain, maka kita pun akan menjadi
menderita. Kita juga akan merasa bertambah miskin dan miskin saja!
So, kalau begitu, apakah tidak lebih
baik kita mulai sekarang coba mengayakan hati, pikiran dan perasaan kita dulu
sebelum mengayakan diri dengan hal-hal yang bersifat materi? Menjadi
penerima aktif, sehingga hidup terasa lebih ringan dan nyaman! Bagaimana?
"Uji kewarasan adalah jika kita
bisa menerima kehidupan apa adanya." (Lao Tzu).
Referensi :
Tasirun Sulaiman, 2008. Motivasi
Qurani Harian Refreshing U're Soul. Cetakan 1. Grafindo Khazanah Ilmu. Jakarta
Selatan.