Suatu transaksi yang terjadi di masa lampau akan menimbulkan kewajiban apabila kejadian tertentu di masa mendatang. Kewajiban potensial ini dinamakan sebagai kewajiban kontinjensi (contingent liabities), di mana kewajiban belum terjadi pada tanggal neraca. Kewajiban ini baru akan terjadi secara aktual tergantung pada adanya kejadian di masa mendatang.
Banyak perusahaan (penjual) yang setuju untuk memberikan garansi kepada pelanggannya atas unit produk yang kurang memuaskan atau untuk mengganti barang yang rusak. Ketika jaminan ini melibatkan biaya di masa yang akan datang, maka estimasi atas biaya garansi seharusnya dibuat dan ditandingkan terhadap pendapatan periode berjalan.
Sebuah perusahaan yang menjual mesin pendingin akan memiliki kewajiban kontinjensi untuk estimasi biaya yang akan terjadi sehubungan dengan garansi yang diberikan atas mesin pendingin yang terjual. Transaksi penjualan ini akan menimbulkan kewajiban kontinjensi karena kewajiban tersebut akan sangat tergantung pada kejadian di masa mendatang.
Kewajiban di masa mendatang ini adalah jika ada pembeli yang meminta perbaikan atas mesin pendingin yang dibelinya. Kejadian ini timbul sebagai hasil dari transaksi yang telah terjadi di masa lampau, yaitu penjualan mesin pendingin.
Jika kewajiban kontinjensi sangat mungkin terjadi (probable) dan dapat diestimasi secara layak, maka kewajiban tersebut harus dicatat dalam akun kewajiban dan disajikan dalam laporan keuangan. Dalam contoh di atas, biaya garansi atas mesin pendingin merupakan kewajiban kontinjensi yang dapat dicatat dan dilaporkan. Biaya garansi tersebut sangat besar kemungkinannya terjadi, karena biaya garansi ini pasti akan terjadi sebesar jumlah tertentu. Besarnya biaya garansi ini dapat diestimasi secara memadai berdasarkan pengalaman perusahaan di masa lampau.
Untuk mengilustrasikan kewajiban garansi, asumsi bahwa perusahaan sepanjang bulan Agustus 2008 telah melakukan penjualan produk senilai Rp. 120.000.000,-. Dalam hal ini, perusahaan memberikan jaminan atau garansi selama satu tahun penuh kepada pembeli atas kemungkinan terjadinya kerusakan produk yang bukan diakibatkan oleh kesalahan pembeli.
Berdasarkan pengalaman masa lampau, diketahui bahwa besarnya rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kerusakan produk selama masa garansi adalah 6% dari nilai jual. Ayat jurnal penyesuaian yang diperlukan yang diperlukan untuk mencatat (mengakui) estimasi beban garansi atas penjualan produk di bulan Agustus 2008 adalah:
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
31 Agt'08 Beban Garansi Produk 7.200.000
Utang Garansi Produk 7.200.000
(6% x Rp. 120 juga)
Berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (untuk tujuan pembukuan atau akuntansi), estimasi atas beban garansi seharusnya dibuat dan dicatat pada saat terjadinya penjualan produk, bukan pada saat terjadinya klaim aktual dari pembeli yang mengajukan klaim perbaikan. Perlakuan akuntansi ini erat kaitannya dengan dasar akrual dan konsep penandingan yaitu bahwa beban-beban yang dikorbankan dalam rangka menciptakan pendapatan haruslah dilaporkan dalam periode yang sama sebagaimana pendapatan tersebut dilaporkan, tanpa harus menunggu sampai beban-beban tersebut dibayarkan.
Dalam ilustrasi di atas, besarnya estimasi beban garansi untuk produk yang telah terjual selama bulan Agustus haruslah ditandingkan ke pendapatan penjualan bulan Agustus, meskipun klaim aktual mungkin baru akan terjadi di bulan-bulan berikutnya setelah Agustus. Berbeda dengan perlakuan pajak (untuk menghitung laba kena pajak), di mana beban garansi baru boleh diakui sebagai pengurang pendapatan apabila beban garansi tersebut benar-benar secara aktual telah dikeluarkan (cash basis).
Pada saat produk yang rusak diperbaiki, biaya perbaikan akan dicatat dalam pembukuan dengan cara mendebet akun utang garansi produk dan mengkredit akun kas atau persediaan (suku cadang), Melanjutkan ilustrasi di atas, asumsi bahwa pada tanggal 9 September 2008, seorang pembeli (pelanggan) mengajukan klaim kepada perusahaan atas suku cadang yang rusak sebesar Rp. 550.000,-. Ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat klaim aktual tersebut adalah:
Tanggal Nama Perkiraan Debet Kredit
9 Sept'08 Utang Garansi Produk 550.000
Suku Cadang 550.000
Apabila suatu kewajiban kontinjensi, besar kemungkinannya terjadi, akan tetapi tidak dapat diestimasi secara layak, atau termasuk dalam kategori mungkin terjadi, maka kewajiban kontinjensi tersebut tidak dicatat dalam akun kewajiban, tetapi harus diungkapkan dalam catatan laporan keuangan (notes to the financial statement). Dalam praktik, untuk menentukan antara kewajiban kontinjensi yang kemungkinan besar terjadi (probable) dengan kewajiban kontinjensi yang mungkin terjadi (possible), memerlukan suatu pertimbangan profesional tertentu dari pihak manajemen.
Contoh kewajiban kontinjensi yang harus diungkapkan dalam catatan laporan keuangan adalah dalam kasus tuntutan pengadilan, di mana besarnya tuntutan biasanya sangat tidak memadai (tidak memungkinkan) untuk dapat diestimasi, sehingga tidak dapat dicatat dalam akun kewajiban.
source : Pengantar Akuntansi II || Hery, S.E., M.Si.
Komentar